20 Oktober 2009 / Label:

Budidaya Jamur Tiram

Ada teknologi yang cukup praktis untuk budidaya jamur tiram Pleurotus spp, yakni tahapan membuat media bibit induk (spawn) dan tahanan memproduksi jamur tiramnya. Pada tahanan membuat media bibit induk ada 10 langkah yang perlu dilakukan. Pertama, bahan medianya yang berupa biji-bijian atau campuran serbuk gergajian albusia (SKG) ditambah biji millet 1 (42%) : 1 (42%). Bahan baku ini adalah yang terbaik.


Langkah kedua, bahan baku dicuci dan direbus selama 30 menit menggunakan pressure cooker atau panci. Langkah ketiga, bahan baku tersebut ditiriskan dengan ayakan. Tambahkan 1% kapur (CaCl3), 1% gypsum (CaSO4), vitamin B kompleks (sangat sedikit) dan atau 15 persen bekatul. Kadar air 45-60 % dengan penambahan air sedikit dan pH 7.

Langkah keempat, bahan baku tersebut lalu didistribusikan ke dalam baglog polipropilen atau botol susu atau botol jam pada hari itu juga. Perbotol diisi 50-60% media bibit, disumbat kapas/kapuk, dibalut kertas koran/alumunium foil. Langkah kelima, sterilisasi dalam autoclav selama 2 jam atau pasteurisasi 8 jam pada hari itu juga. Temperatur autoclave 121 derajat C, tekanan 1 lb, selama 2 jam. Temperatur pasteurisasi 95 derajat C.

Langkah keenam, lakukan inokulasi dengan laminar flow satu hari kemudian. Setelah suhu media bibit turun sampai suhu kamar dilakukan inokulasi bibit asal biakan murni pada media PDA (sebanyak 2-3 koloni miselium per botol bibit). Langkah ketujuh, inkubasi (pertumbuhan miselium 15-21 hari) pada ruang inkubasi/inkubator, suhu 22-28 derajat C.

Langkah kedelapan, botol atau baglog isi bibit dikocok setiap hari, dua hingga tiga kali. Hal ini dilakukan agar pertumbuhan miselium bibit jamur merata dan cepat serta media bibit tidak menggumpal/mengeras. Kesembilan, bibit induk dipenuhi miselium jamur dengan ciri pertumbuhan miselium jamur kompak dan merata.

Langkah terakhir, jamur tersebut digunakan sebagai inokulan/bibit induk/bibit sehat perbanyakan ke 1 dan ke 2. Bibit ini disimpan dalam lemari pendingin selama 1 tahun, bila tidak akan segera digunakan.
Tahap selanjutnya adalah memproduksi jamur tiram (Pleurotus spp). Dalam tahapan ini juga ada 10 langkah. Pertama, siapkan serbuk kayu gergajian albasia. Rendam selama 0-12 jam (bergantung pada spesies/strain serbuk kayu yang digunakan). Langkah kedua, tiriskan sampai tidak ada air, pada hari itu juga dengan mengunakan saringan kawat atau ayakan kawat.

Langkah ketiga, membuat subtrat/media tumbuh, pada hari itu juga. Tambahkan 5-15 % bekatul atau polar (bergantung pada spesies/strain yang digunakan), 2% kapur (CaCO3), 2% gypsum (CaSO4) dan air bersih, diaduk merata, kadar air substrat 65%, pH 7.

Langkah keempat, distribusikan kedalam baglog polipropilen pada ahri itu juga. Padatkan dalam wadah tersebut, beri lubang bagian tengah, dipasang mulut cincin pralon, kemudian ditutup dengan kapas/kertas minyak. Langkah kelima, sterilisasi/pasteurisasi, satu hari kemudian. Simpan dalam kamar uap atau kukus dalam drum dengan suhu media di dalam baglog 95-120 derajat C selama 1-3 kali 8 jam bergantung pada jumlah substrat yang akan di pasteurisasi. Langkah keenam, inokulasi substrat dengan spawn di ruang inokulasi. Setelahsuhu baglog substrat turun sampai suhu kamar, inokulasikan bibit pada substrat dalam laminar flow. Bibit 10-15gr/kg substrat.

Langkah ketujuh, inkubasi baglog substrat (pertumbuhan miselium 15-30 hari). Rumah jamur/kubung/ruang inkubasi dijaga tetap kering dan bersih, suhu 22-28 derajat C tanpa cahaya. Langkah kedelapan, baglog substrat dibuka cincin dibuka (7-15 hari kemudian). Cara membuka berbeda-beda, tergantung jenis jamur kayu yang digunakan.

Langkah kesembilan, baglog disusun di rak dalam rumah jamur (pertumbuhan jamur 10-15 hari kemudian, tumbuh pin head/bakal tumbuh buah). Bakal tumbuh buah tersebut disiram air bersih agar jamur tumbuh. Untuk jamur tiram, yang disiram rumah jamurnya. Untuk jamur kuping penyiraman langsung pada substrat sampai basah kuyup. Suhu rumah jamur 16-22 derajat C RH : 80-90 %.

Langkah terakhir panen jamur tiram/kuping. Panen kurang dari 9 kali dalam waktu kurang dari 1,5 bulan tergantung cara pemeliharaan/penyiraman jamur dan kebersihan kubung. Atau sisa panen 2-5 kali seminggu.

Faktor penting yang harus diperhatikan dalam budidaya jamur tiram ini adalah masalah higienis, aplikasi bibit unggul, teknlogi produksi bibit (kultur murni, bibit induk, bibit sebar), teknologi produksi media tumbuh/substrat dan pemeliharaan serta cara panen jamur tiram.

komentar (0) / Read More

30 September 2009 / Label:

Budidaya Lele

I. Pendahuluan.
Lele merupakan jenis ikan yang digemari masyarakat, dengan rasa yang lezat, daging empuk, duri teratur dan dapat disajikan dalam berbagai macam menu masakan. PT. NATURAL NUSANTARA dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu petani lele dengan paket produk dan teknologi.

II. Pembenihan Lele.
Adalah budidaya lele untuk menghasilkan benih sampai berukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk jantan dan betina pada kolam-kolam khusus pemijahan. Pembenihan lele mempunyai prospek yang bagus dengan tingginya konsumsi lele serta banyaknya usaha pembesaran lele.

III. Sistem Budidaya.
Terdapat 3 sistem pembenihan yang dikenal, yaitu :
1. Sistem Massal. Dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam satu kolam dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara leluasa mencari pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang pemijahan, sehingga sangat tergantung pada keaktifan induk jantan mencari pasangannya.
2. Sistem Pasangan. Dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan betina pada satu kolam khusus. Keberhasilannya ditentukan oleh ketepatan menentukan pasangan yang cocok antara kedua induk.
3. Pembenihan Sistem Suntik (Hyphofisasi).
Dilakukan dengan merangsang lele untuk memijah atau terjadi ovulasi dengan suntikan ekstrak kelenjar Hyphofise, yang terdapat di sebelah bawah otak besar. Untuk keperluan ini harus ada ikan sebagai donor kelenjar Hyphofise yang juga harus dari jenis lele.

IV. Tahap Proses Budidaya.
A. Pembuatan Kolam.
Ada dua macam/tipe kolam, yaitu bak dan kubangan (kolam galian). Pemilihan tipe kolam tersebut sebaiknya disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Secara teknis baik pada tipe bak maupun tipe galian, pembenihan lele harus mempunyai :
Kolam tandon. Mendapatkan masukan air langsung dari luar/sumber air. Berfungsi untuk pengendapan lumpur, persediaan air, dan penumbuhan plankton. Kolam tandon ini merupakan sumber air untuk kolam yang lain.
Kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dan bertina selama masa pematangan telur dipelihara pada kolam tersendiri yang sekaligus sebagai tempat pematangan sel telur dan sel sperma.
Kolam Pemijahan. Tempat perkawinan induk jantan dan betina. Pada kolam ini harus tersedia sarang pemijahan dari ijuk, batu bata, bambu dan lain-lain sebagai tempat hubungan induk jantan dan betina.
Kolam Pendederan. Berfungsi untuk membesarkan anakan yang telah menetas dan telah berumur 3-4 hari. Pemindahan dilakukan pada umur tersebut karena anakan mulai memerlukan pakan, yang sebelumnya masih menggunakan cadangan kuning telur induk dalam saluran pencernaannya.

B. Pemilihan Induk
Induk jantan mempunyai tanda :
- tulang kepala berbentuk pipih
- warna lebih gelap
- gerakannya lebih lincah
- perut ramping tidak terlihat lebih besar daripada punggung
- alat kelaminnya berbentuk runcing.
Induk betina bertanda :
- tulang kepala berbentuk cembung
- warna badan lebih cerah
- gerakan lamban
- perut mengembang lebih besar daripada punggung alat kelamin berbentuk bulat.

C. Persiapan Lahan.
Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi :
- Pengeringan. Untuk membersihkan kolam dan mematikan berbagai bibit penyakit.
- Pengapuran. Dilakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati oleh pengeringan.
- Perlakuan TON (Tambak Organik Nusantara). untuk menetralkan berbagai racun dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya sebelumnya dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100m2. Penambahan pupuk kandang juga dapat dilakukan untuk menambah kesuburan lahan.
- Pemasukan Air. Dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami lele.
Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang dapat dilakukan adalah :
- Pembersihan bak dari kotoran/sisa pembenihan sebelumnya.
- Penjemuran bak agar kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air fapat langsung penuh dan segera diberi perlakuan TON dengan dosis sama

D. Pemijahan.
Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele.

E. Pemindahan.
Cara pemindahan :
- kurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi air 10-20 cm.
- siapkan tempat penampungan dengan baskom atau ember yang diisi dengan air di sarang.
- samakan suhu pada kedua kolam
- pindahkan benih dari sarang ke wadah penampungan dengan cawan atau piring.
- pindahkan benih dari penampungan ke kolam pendederan dengan hati-hati pada malam hari, karena masih rentan terhadap tingginya suhu air.

F. Pendederan.
Adalah pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5 - 7 cm, 7 - 9 cm dan 9 - 12 cm dengan harga berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi pelindung berupa enceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan ini.

V. Manajemen Pakan.
Pakan anakan lele berupa :
- pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 - 4 hari.
- Pakan buatan untuk umur diatas 3 - 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi, terutama kadar proteinnya.
- Untuk menambah nutrisi pakan, setiap pemberian pakan buatan dicampur dengan POC NASA dengan dosis 1 - 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya), untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh karena mengandung berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal.

VI. Manajemen Air.
Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik :
- air harus bersih
- berwarna hijau cerah
- kecerahan/transparansi sedang (30 - 40 cm).

Ukuran kualitas air secara kimia :
- bebas senyawa beracun seperti amoniak
- mempunyai suhu optimal (22 - 26 0C).

Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal, pemberian pupuk TON sangat diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam humat mampu menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan, menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang. Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh lahan dengan cara dilarutkan dan di siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada waktu pemasukan air baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis pemakaian TON adalah 25 g/100m2.

VI. Manajemen Kesehatan.
Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam kedua hal itulah, peranan TON dan POC NASA sangat besar. Namun apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan pengobatan yang sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang digunakan juga harus sesuai.

komentar (0) / Read More

26 September 2009 / Label:

Adu bisa,Hp seken vs Blackberry

Berapa harga Hp anda ?,satu jutaan,2 jutaan atau diatas 5 jutaan !.apa yang dimiliki Hp anda ?.kamera sekian megapixel,mp3,video,ada tvnya juga,bisa internetan,bisa buka email,bisa chating,buka Facebook dan berbagai fitur tercanggih saat ini.
Beruntung anda punya Hp dengan fasilitas tersebut.Saya hanya punya Hp seken yg saya beli dengan harga seratus ribuan,hanya bisa nelp,sms,ringtonenya pun masih mono.tapi jangan remehkan Hp saya,karna Hp saya jauh lebih bernilai dibanding Hp anda yang berharga jutaan tersebut.ingin tau dimana letak kelebihan Hp saya ?.
Walau Hp anda berharga jutaan tapi berapa biaya yang anda keluarkan setiap bulannya untuk Hp anda tersebut ?.pasti juga ratusan ribu atau sampai jutaan Rupiah kan !.kalau nggak pasti anda dibilang,Hp harganya jutaan tapi pulsa nggak punya,malu kan !.Nah,sekarang walau Hp saya harganya cuma seratus ribuan dengan aplikasi seadanya tapi dengan Hp itu,saya bisa beli Hp anda satu sampai 2 buah sebulan.Anda ingin tau rahasianya !.
Rahasianya adalah SAYA IKUT PULSAGRAM.
Jadi,walau Hp saya jadul namun itu adalah tambang emas saya.saya bisa isi pulsa kapan dan dimanapun saya berada.saya juga bisa jual pulsa kepada orang lain dan saya juga akan terima komisi tiap bulan dari downline saya.dan yang paling penting,saya mendapatkan Bisnis ini dengan GRATIS !.
Nah,sekarang terserah anda.apakah anda ingin mengeluarakan biaya terus buat Hp anda atau anda mendapatkan hasil dari Hp anda.saya sudah membagi rahasia sukses saya kepada anda semua dan semua berpulang kepada anda semua.
Untuk anda yang ingin bergabung dan ingin sukses silahkan daftar disini,atau sms ke 08170004725, ketik Daftar,nama,dan alamat anda.


Salam sukses !.

komentar (0) / Read More

14 September 2009 / Label:

JHCI (Jari Hitung Cepat Indonesia)

Kreatif melihat peluang pasar, itulah kata yang sesuai untuk menggambarkan bisnis yang dilakoni Nur Widiastuti sebagai owner merangkap direktur di sebuah lembaga kursus yang mengajarkan cara menghitung cepat dengan jari. Berawal dari kemampuannya menghitung secara cepat, ilmu yang ia dapatkan langsung dari sang ayah, ia pun mewaralabakan Jari Hitung Cepat Indonesia (JHCI) sebagai bisnis yang menguntungkan tak hanya bagi pengusahanya juga bagi konsumennya.

Mengusung motto"Kami Temukan dan Kami Sebarkan, Maka dengan JHCI Menghitung Jadi Lebih Mudah, Cepat, Tepat, dan Menyenangkan", bisnis waralaba di bidang pendidikan ini sukses mengantarkan anak-anak Indonesia jago matematika. Usaha yang diawali dari sebuah garasi rumah ini mendapat respon yang luar biasa dari para orang tua murid. Tak ayal Nur segera mengembangkan bisnisnya, berharap agar ilmu yang ditemukan oleh ayah kandungnya sendiri bermanfaat bagi khalayak luas.

Wiwid begitu sapaannya sehari-hari, memang berangkat dari keluarga pebisnis, tak heran ia begitu piawai menjalankan usahanya. Usaha yang telah dirintis sejak tahun 2001 terbukti kini telah menuai sukses. Berawal dari usaha sang ayah, Drs Hendra BC, memperkenalkan metode berhitung cepat dengan jari lewat buku yang ditulisnya sendiri sekitar tahun 1960an, Wiwid meneruskannya dengan mengajarkan metode tersebut ke anaknya sendiri. Merasa anaknya berhasil memecahkan soal-soal matematika dengan enjoy, ia pun melebarkan sayap memperkenalkan metode JHC ke anak-anak lain di garasi rumahnya yang ia fungsikan sebagai tempat belajar. “Sayang kalau tidak disebarkan ke orang lain padahal metode JHC sangat membantu anak-anak dalam berhitung,” kata Wiwid. Berangkat dari pemikiran itulah Wiwid mencoba membisniskan penemuan ayahnya, berharap bisa mendapatkan keuntungan dari kejeliannya melihat peluang serta impiannya mencerdaskan anak-anak Indonesia bisa terwujud. Ibarat pepatah “sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui”.

Tertarik ingin mengembangkan bisnis lebih luas lagi, Wiwid mencoba mewaralabakan usahanya. Dengan uang sejumlah Rp 10 juta per lima tahun masa kerjasama, ia mengajak sejumlah orang untuk bermitra dengan JHCI. Ia pun tak menarik biaya royalty terlampau tinggi dari para mitranya, hanya 10-20% dari omzet yang didapat oleh rekanannya itu. “Kami tidak menarik royalty fee terlalu tinggi, tidak seperti bisnis franchise lainnya, ketika jumlah siswa semakin banyak maka royalty fee juga semakin meningkat, JHCI berbeda justru kebalikannya, siswa semakin banyak tapi biaya royalty semakin sedikit,” ujar wanita kelahiran Yogyakarta 1 September 1968 ini. Konsep ini ia terapkan guna membuat mitranya serius menangani bisnis waralaba, meningkatkan jumlah siswa yang ingin belajar JHCI. Jadi semakin banyak siswa yang belajar akan semakin sedikit biaya royalty yang harus dikeluarkan oleh mitranya tersebut.

Di JHCI sendiri menerapkan sistem belajar yang kondusif, nyaman dan menjadikan anak mandiri. Bagaimana cara menghitung dengan cepat menjadi dasar materi yang diajarkan. Alat Bantu?Tentu saja tak digunakan. Hanya ada 10 jari tangan yang bekerja menemani anak-anak belajar menghitung cepat. Perkalian istimewa, pembagian, penambahan, pengurangan, akar pangkat, logaritma sampai sigma menjadi mudah dikerjakan sehingga anak-anak tidak merasa takut lagi dengan pelajaran matematika. Semua materi yang diajarkan pun disesuaikan dengan materi dari sekolah tetapi dengan format yang berbeda dalam arti cara pennyelesaian masalah yang berbeda.

Menghitung cepat dengan 10 jari tanpa alat bantu, sebuah metode yang cukup fenomenal, menjadi keunggulan tersendiri bagi JHCI. Perbedaan JHCI dengan para kompetitornya seperti kumon atau teknik belajar sempoa, terletak dari metode menghitung cepat. Jika kedua teknik tersebut menggunakan analisa hafalan dan alat bantu hitung, JHC justru menekankan pemahaman dan cara berhitung yang super cepat serta memberikan solusi penyelesaian soal yang mudah dimengerti. Selain itu tak hanya diajarkan teknik-tekniknya saja tetapi juga bagaimana mengaplikasikannya. Tak sedikit anak-anak cukup mengerti dengan teknik yang diajarkan namun kesulitan dalam penerapannya sehari-hari. Pengajaran metode JHCI pun akan disesuaikan dengan kemampuan anak, dalam arti teknik berhitung cepat ini diajarkan sesuai dengan tingkatan pendidikan. Wiwid menyarankan agar anak belajar sedini mungkin dengan harapan anak memiliki pondasi berhitung yang kuat sehingga tak lagi mengalami kesulitan memecahkan soal-soal matematika. “Sebaiknya anak-anak belajar teknik ini sedini mungkin terlebih lagi untuk anak-anak SD dan TK, bisa dijadikan bekal untuk di SMP nanti,” papar Wiwid.

Di setiap bisnis yang dilakoni oleh seseorang pasti mendatangkan kendala dan tantangan. Begitu juga dengan bisnis waralaba JHCI ini. Wiwid kerap menemukan kendala, namun ia tak pernah gentar. Semua ia hadapi dengan tenang dan tanpa emosi. Kendala terbesar justru bukan dari saingan bisnisnya melainkan dari dalam dirinya sendiri. Ketika ia gagal mengatur perannya sebagai wanita karir dan ibu yang harus mengurus keluarga, di saat itulah ia merasakan tantangan yang sangat berat menghampirinya. “Kuncinya adalah mengatur waktu sebaik mungkin, bisnis ini membutuhkan dukungan dan pengertian yang luar biasa dari keluarga saya,” imbuh wanita yang mendapat dukungan besar dari anak dan suaminya ini.

Wiwid menambahkan kesuksesannya menjalani bisnis JHCI ini terletak pada ketekunannya.menjalani usaha, mengambil setiap peluang yang ada dan sabar menghadapi kendala. Meski ia sendiri tahu, pebisnis wanita cenderung mendapat image buruk dari lawan bisnisnya, ia tak merasa ciut, bahkan ia cukup disegani. Karakternya yang low profile, menjadi nilai plus untuk dirinya mensukseskan usaha waralabanya.

Ke depannya Wiwid berencana mengembangkan bisnis dengan penerapan strategi yang sudah ada yakni waralaba dan dikombinasikan dengan strategi lain dimana ia menerapkan promosi dan packaging semenarik mungkin. Saat ini Wiwid sudah memiliki 50 outlet yang tersebar di seluruh Jabodetabek. Ia berencana akan membuka lagi outlet JHCI di beberapa kota di Pulau Jawa dan Sumatera seperti Serang, Bandung, Palembang dan di Pulau Bali. Ia juga tak menutup kemungkinan akan membuka tempat bimbingan belajar dan bahasa Inggris.”Kita berharap yang terbaik untuk anak-anak, membantu mereka di bidang pendidikan agar mereka lebih berkualitas,” tutur wanita yang merasa bisnis adalah kebutuhan bukan hanya karena latah.

Sumber: Majalah Pengusaha-agustus 2009

komentar (0) / Read More